My Little Family | Boboiboy Fic

Ichadray
11 min readApr 20, 2024

--

Judul : My Little Family
Genre : Romantis | Keluarga | Humor
Peringatan: Yaoi FangBoy (dikit)
Disclaimer: Animonsta studio
MLF : ichadray
A/N : Terinspirasi dari beberapa manga dan buku pengembangan anak usia dini (kredit untuk inspirasi)
Summary : Hanya bercerita tentang keluarga FangBoy dengan 7 anak kembar mereka. Bagaimana caranya mereka merawat semua anak kembarnya? ||Author gak pandai bikin summary|

.
.
My Little Family
ICHADRAY
(^-^)
.
.

….

Kelopak mata yang terbingkai bulu mata lentik itu mulai terbuka, menampilkan sepasang manik almond cerah yang memukau pada dunia. Wajah manis yang terlihat dewasa tersenyum, mengernyitkan alis atas gangguan sampai ia membuka mata dari tidur.

Boboiboy menguap kecil, merasakan sedikit beban menimpa tubuhnya yang terbungkus selimut. Ia mengusap sebelah matanya, merasa hangat pada pelukan tangan yang berada di atas pinggangnya. Tubuhnya berbalik, tersenyum manis hanya untuk menemukan seorang pria dewasa yang tertidur pulas memeluknya ringan.

Wajah tampan dengan rahang yang tegas ia telusuri, membawa jemarinya pada surai keunguan sang pria yang mengerang menariknya lebih kepada pelukan erat. Boboiboy merona, terkekeh kecil melihat Fang, suami tampannya yang tanpa sadar bergerak meringkuk ke tengkuknya.

Ia menatap nanar, mengingat ia menikah dengan Fang sudah hampir enam tahunan. Saat itu Boboiboy tak pernah terpikirkan, bahwa pemuda tampan yang sekarang menjadi bagian dari hidupnya bisa begitu tiba-tiba melamarnya disaat mereka berdua masing-masing memiliki kekasih. Itu kenangan yang cukup kompleks untuk diingat sebenarnya, untuk sekarang ia hanya ingin memandang bagaimana semua berjalan.

Boboiboy menyingkap selimut, mengecup pipi Fang yang menggeliat di atas tempat tidur. Ia meregangkan lengan, mengancingkan piyamanya yang terbuka bersama senyuman, merona mendapati sebagian besar tubuhnya memiliki banyak kissmark.

Bangkit dengan sedikit bergetar, kaki jenjang berjalan menuju kamar mandi. Boboiboy membasuh wajahnya, menggeleng pelan dalam rona saat pantulan seorang laki-laki manis bersama banyak tanda kemerahan memenuhi perut dan dada menembus retinanya.

Ia mulai membersihkan diri, mengganti pakaian kusutnya dan merapikan penampilan. Boboiboy keluar empat menit setelahnya hanya untuk menemukan Fang yang masih tidur di posisi terakhir kali ia tinggalkan. Ia membuka tirai, merapikan pakaian mereka yang berserakan dan menaikkan selimut, tersipu begitu telinganya mendengar gumaman Fang yang memanggil namanya tanpa sadar.

Keluar dari kamar, Boboiboy menuju dapur, memikirkan apakah ia akan memasak omelette atau sandwich di hari libur yang membantunya sedikit lebih beristirahat. Ia memasang apron, memulai dengan memanaskan air, mengambil bahan masakan dari dalam kulkas dan bersenandung. Sandwich terdengar bagus.

.

Selagi menunggu air yang dipanaskan, ia membuka lemari berisi beberapa kotak susu bubuk yang berbeda rasa, membuat jemari lincahnya untuk mentakar ukuran agar seimbang. Boboiboy baru akan mengambil sendok saat mendengar suara langkah kaki kecil yang mendekat.

Menoleh, Boboiboy tersenyum hangat melihat dua anak kembarnya yang mengucek sebelah mata mereka sembari memegang erat boneka berbentuk dinosaurus, surai kecoklatan yang terdapat sejumput warna putih seperti miliknya itu tampak berantakan.

Ya, ia dan Fang sudah memiliki anak, tepatnya tujuh anak kembar identik yang kini sudah berusia lima tahun. Boboiboy hanya tak menyangka awalnya, jika ia bisa mengandung tujuh janin sekaligus dalam tubuhnya. Daripada menyalahkan Fang atas tindakan pria tampan itu mengenai jadwal seks mereka yang acak, Boboiboy memilih untuk menganggap keadaannya sebagai suatu anugerah. Meski, keadaannya dahulu sedikit memburuk akibat kehamilan yang terbilang spesial, mendapati ketujuh anak mereka selamat adalah salah satu hal yang selalu ia syukuri. Hanya beberapa masalah dalam kondisi yang menjadikan semua anak mereka mempunyai kelaian pada masing-masing warna mata yang semua orang anggap itu adalah cantik. Boboiboy merasa jika ia begitu beruntung.

“Good morning, mom!”
Boboiboy menarik senyum manisnya, mendekat untuk mengecup surai teracak dua anak kembarnya yang bernama Thorn dan Taufan.

“Morning, sayang. Bagaimana tidur kalian?” Tanya Boboiboy pelan, jemarinya tergerak merapikan beberapa helai rambut yang menutupi kedua mata Thorn dan Taufan.

“Mom! Aku bermimpi bertemu Paman Dino yang besar!” Taufan menjawab semangat, manik biru gelapnya yang besar bersinar menceritakan bagaimana mimpinya tadi malam. Boneka dinosaurus yang ia peluk terangkat, memperlihatkan pada Ibunya jika ia begitu senang.

“Oh benarkah?! Lalu apa Taufan bersikap baik pada Paman Dino?” Boboiboy menanggapi, tersenyum geli.

“Tentu! Kami akan bertemu lagi nanti.” Balas Taufan kembali memeluk bonekanya, terkikik kecil. Boboiboy mencubit pipi Taufan pelan, gemas pada semangat anaknya.

“Good boy! Thorn bagaimana?” Ia beralih pada satu anaknya yang mengerjab polos, piama berwarna hijau bersama bola mata senada membuat wajah kecil itu begitu menggemaskan.

“Thorn bermimpi menanam jagung bersama-sama,” ucap Thorn tersenyum, ia memeluk tengkuk Boboiboy, menenggelamkan wajahnya untuk mencium aroma manis cokelat Ibunya.

Boboiboy terkekeh, ia memeluk Taufan dan Thorn bersamaan.
“Menanam jagung? Bagaimana jika kita lakukan itu saat mengunjungi Atok nanti, hm?”

“Mauuu…!”

“Baik, ini masih terlalu pagi, kecilkan suara kalian. Mom masih memasak. Bagaimana dengan membangunkan Daddy?” Boboiboy melepas pelukannya, mengedip jahil, membuat Thorn dan Taufan mengangguk semangat lalu berlari menjauh. Pria bercelemek menggelengkan kepalanya, merasa hangat di pagi hari yang cerah. Berbalik, ia melanjutkan masakannya.

.

-0-

.

Pria tampan itu menggeliat, menautkan alis saat kehangatan yang ia rasakan perlahan menghilang. Fang membuka matanya, menemukan bahwa ia tak melihat Boboiboy di sampingnya. Ia memakai kacamata yang berada di atas nakas, memfokuskan pandangan pada kamar yang rapi dan tercium lembut. Ini masih terlalu pagi untuk bangun di hari libur, tapi ia memutuskan untuk bangkit dan melihat sekitar.

Fang meregangkan otot-ototnya saat pintu kamarnya dan Boboiboy terbuka memperlihatkan dua anak kecil yang memegang bantal berbentuk dinosaurus berbeda warna, tampak sedikit mengantuk menatapnya dari kejauhan.
“Dad.. wake up..”

Sang pria tersenyum hangat, melihat Thorn dan Taufan mendekat bersama wajah bantal mereka, surai kecoklatan yang rapi itu ia asumsikan bahwa dua anaknya menemui Boboiboy terlebih dahulu untuk membangunkannya. Membuat wajahnya lelah, Fang kembali berbaring, terkekeh kecil saat dua anaknya menaiki ranjang.

Thorn dan Taufan mengerjab polos, piama berwarna hijau dan biru gelap yang melekat di tubuhnya membuat tampilan dua anak manis itu semakin imut bersama tambahan pada pelukan boneka berbentuk dinosaurus. Mereka menaiki ranjang, berada di masing-masing tubuh Fang yang berbaring berpura-pura tidur.

Meletakkan bonekanya, Taufan mengguncang tubuh Fang, ia meminta Thorn melakukan hal yang sama hanya untuk di tarik dan dipeluk erat oleh Fang yang kini membuka kedua matanya.

“Daddy!” Panggil Thorn dan Taufan bersamaan, terkejut. Meski begitu, mereka tertawa.

Fang terkekeh kecil, mencium kepala dua anaknya bergantian, senang melihat tawa mereka begitu ia membuka mata. Merasa lega mengingat Boboiboy telah merapikan kamar dari kegiatan mereka semalam. Fang menaikkan alis saat Taufan menggeliat keluar dari pelukannya, mencium pipi ayahnya sebentar lalu turun.
“Hei, son. Something wrong?” Tanya Fang bingung, ia melirik Thorn yang mengerjab polos menarik bonekanya.

Taufan menampilkan cengiran, menggeleng. “Nothing, Dad. Ufan mau membangunkan yang lain, hihi.” Lalu ia keluar dari kamar bersemangat.

Fang tersenyum, menggeleng maklum, ia beralih pada Thorn yang memeluknya bersama boneka dinosaurus di tangan. Melihat salah satu anak kembarnya kini memejamkan mata. Ia tercengang, memandang hangat pada wajah damai anaknya. Bukankah mereka ke sini untuk membangunkannya? Yang ada Thorn malah tertidur kembali.

Melihat cuaca di luar yang sudah agak terang, Fang berjalan menuju kamar mandi, keluar merapikan piyamanya, lalu menggendong Thorn yang mengerjap kantuk tanpa melepaskan boneka dinonya. Ia mendengar suara di dapur, Boboiboy pasti masih memasak. Fang membawa langkahnya memasuki dapur sambil sesekali mengguncang Thorn yang merengut mengeratkan tangannya di leher Fang tak ingin di bangunkan.

Boboiboy tersenyum, mengambil Thorn yang mengerang memperlihatkan manik emerald manisnya lalu mendudukkan tubuhnya di kursi. Sempat mendelik pada Fang yang mencuri ciuman kecil di bibirnya saat ia lengah.

Pria berkacamata terkekeh, menyerahkan anak keenamnya pada sang Istri lalu berbalik untuk membangunkan anak kembarnya yang lain.

Fang berjalan tegap, membuka pintu kamar. Terlihat sebuah ruangan yang cukup luas dengan beberapa ranjang kecil yang berdiri pongah berdampingan, lemari pakaian dan meja kecil untuk belajar. Tak ada yang berbeda, semuanya di tata rapi dalam tatanan yang sempurna. Hanya dari warna yang berbeda-beda menjadikan pembanding milik siapa.

Menyusuri kamar, tempat tidur berwarna merah dan cokelat tampak kosong, Fang berasumsi bahwa penghuninya telah bangun dan berada di kamar mandi, suara air yang hidup di dua kamar mandi yang terdapat di sudut membenarkannya. Halilintar dan Gempa setidaknya bisa di andalkan untuk bangun pagi.

Kembali memeriksa, Fang menggelengkan kepalanya lagi, melihat Taufan yang membangunkan Blaze dengan menjahilinya, menusukkan jemari mungilnya ke pipi sambil cekikikan. Dapat ia lihat Blaze terganggu, merengek kecil. Sang Ayah tersenyum hangat, melihat masih ada dua anak kembarnya yang masih berada dalam selimut.

Fang mendekati ranjang berwarna kuning, menatap hangat begitu menemukan anak kembarnya yang terakhir tidur damai dalam senyuman. Kacamata minus yang dimodifikasi seperti miliknya itu tergeletak tepat di atas buku yang menampilkan potret galaxy. Senyum tampan ia berikan, mengecup kening sang anak dan membangunkannya.
“Solar… Wake up. Dad punya buku baru hari ini.”

Mendengar bisikan, Solar membuka matanya, tampak masih mengantuk walau manik netranya berkilat semangat. Solar menyukai buku, ia duduk sambil mengusap mata, memasang kacamata kesayangannya dan melihat sang Ayah yang berkedip misterius.

“Morning, Dad.” Sapa Solar mengecup pipi Fang, beranjak untuk tersenyum dan memeluk singkat sang Ayah yang ia banggakan.

“Apa itu buku pembagian bilangan yang kita lihat di perpustakaan minggu lalu?” Lanjut Solar bertanya semangat.

“Yap! Benar… Tapi untuk sekarang, cuci muka dan sarapan. Mom sudah membuat sandwich.”

“Yey.. sandwich, oh apa punyaku berselai nanas?!”

“Bagaimana jika kita menebak setelah gosok gigi dan mencuci muka huh?”

“Okey!” Solar berbinar, membawa langkah kaki kecilnya menuju kamar mandi.

Fang beralih melihat anak kembarnya yang lain. Blaze duduk, menangis sambil memegang boneka dinonya, memanggilnya untuk mengadu bahwa Taufan menjahilinya lagi.
“Daddy.. Kak Taufan!”

“Akhirnya Blaze bangun!” Taufan mengepalkan tangannya semangat, tak sadar jika ia telah membuat Blaze kesal. Ia malah menepuk kepala sang adik, tersenyum lebar lalu pergi keluar.

Fang terkekeh, mendekat dan menggendong Blaze yang masih menangis memeluk bonekanya saat pintu kamar mandi terbuka memperlihatkan Gempa yang bingung.

“Morning, Dad. Kenapa Blaze menangis? Apa Blaze bermimpi buruk?” Tanya Gempa, raut wajah khawatir tertangkap matanya.

Fang menggeleng, tersenyum hangat dan menepuk punggung Blaze pelan. Ia membalas sapaan anak keduanya, mengecup kening Gempa dan mengatakan jika semuanya baik-baik saja. Ia meminta Gempa untuk membangunkan Ice yang masih tertidur.

Halilintar keluar dari pintu, menautkan alisnya bingung. Manik merah yang memikat itu berkilat tajam. Jujur Fang masih mengira-ngira dengan sifat anak pertamanya.

“Apa karena Taufan lagi, Dad?” Halilintar bertanya dengan intonasi datar, menyusuri ruangan untuk mencari Taufan yang tidak terlihat di manapun.

Fang mendekat, masih menggendong Blaze yang kini lebih tenang. Ia mengacak surai kecoklatan sang anak, lalu mencium kening Halilintar untuk mengalihkan. Tertawa tak terkejut melihat anak kembarnya yang pertama malah merengut membersihkan tempat di mana ia menciumnya.

Berbalik, Fang menatap hangat. Ice sudah bangun meski masih terkantuk-kantuk. Ia berjalan menuju ranjang, mengangkat Ice yang terkejut lalu mengecup pipinya.

“Bangun, cuci muka. Kita akan ke rumah Tok Aba hari ini.” Ucap Fang lembut menurunkan keduanya.

“Rumah Atok? Yey..!” Ice dan Blaze mengerjab, bersemangat, dengan cepat menuju kamar mandi.

Fang mendengus geli, duduk menunggu mereka semua. Ia menaikan kacamatanya, tersenyum hangat merasa bahagia entah kenapa.

Saat mereka semua selesai, Fang dengan bangga berjongkok. Gempa, Ice, Blaze, Solar dan Halilintar berjalan semangat, memeluk hangat sang Ayah yang menjadi idola mereka.

.

.

.

.

“Sandwich..~ Sandwich..~ Sandwich..~ I love sandwich!” Taufan duduk sambil mengayunkan kakinya, melihat Ibunya meletakan piring yang berisi sandwich berselai blueberry kesukaannya.

Boboiboy terkikik, mencium pelipis Taufan yang tak terganggu sama sekali.
Kembali meletakan sandwich lain di depan kursi khusus anak-anak kembarnya. Berbanding pada Taufan yang menyukai selai blueberry, Boboiboy tahu jika meskipun anaknya semua kembar, selera mereka atas makanan cukup berbeda.

Halilintar dan Gempa menyukai selai kacang, Blaze menyukai selai strawberry, ice menyukai selai anggur, Thorn menyukai selai alpukat dan solar yang menyukai selai nanas.

Ia kemudian melihat Fang yang datang bersama anak kembar mereka yang lain. Menggeleng pelan saat Suaminya kewalahan mengatakan pada Blaze dan Solar untuk tidak berlarian.

“Good morning, Mom!” Sapa Solar dan Blaze serempak, menarik jemari Boboiboy untuk sang Ibu menunduk lalu mencium masing-masing pipinya. Boboiboy terenyuh, gemas membalas kecupan sapaan di pipi bergantian.

Blaze dan solar tertawa, membaui aroma manis yang selalu mereka suka sebelum duduk. Bola mata polos itu bersinar melihat banyak sandwich di atas meja.

Boboiboy beralih pada Halilintar, Gempa dan Ice yang berdiri menunggu, memeluk ketiganya dan mengecup masing-masing pipi yang gembul. Gemas pada Gempa yang tersenyum cerah balas mengecupnya, gemas pada Ice yang masih memeluk boneka dinosaurus berwarna biru langitnya membalas kecupan dengan mata setengah mengantuk, gemas pada Halilintar yang memegangi sebelah pipi meronanya sambil mengalihkan perhatiannya pada sandwich di atas meja. Ia terkekeh kecil, membiarkan semuanya duduk dan memulai untuk sarapan.

“Mom.. Blaze mau susu cokelat seperti milik Kak Gempa!”

Boboiboy beralih pada Blaze yang memandang susu dalam gelas milik Gempa yang masih terisi penuh. Bertanya apa ada yang salah saat menemukan jika susu rasa strawberry milik Blaze juga masih penuh.

Gempa menatap Blaze yang berbinar, menggeser gelas susunya tanpa pikir panjang. Menukar milik mereka berdua, tak lupa mengatakan bahwa Blaze harus menghabiskannya.

Boboiboy tak bisa tidak tersenyum, anak-anaknya begitu menggemaskan. Ia mengalihkan atensinya pada Fang saat semua anak kembarnya duduk dan makan. Menautkan alis pada seringai hangat sang pria yang akrab ia jumpai begitu mereka berada di kamar.

“Mana ciuman untukku?” Fang berjalan mendekat, meraih pinggang ramping sang Istri. Boboiboy tersipu, memutar bola matanya malas, menutup mulut Fang yang mencoba menciumnya di depan anak-anak yang ribut.

Melirik sekilas, Boboiboy menghela nafas, senyum malu berharap anak-anaknya masih sibuk dengan sandwich mereka. Ia menarik kemeja Fang, menciumnya cepat, melupakan pelukan hangat di pinggangnya. Terbuai pada ciuman dalam yang suaminya lakukan.

Seberapa kali ia mencoba untuk tidak begitu berdebar, Boboiboy mengetahui bahwa ia tak bisa mengontrol emosi yang meluap akan rasanya di cintai Fang begitu dalam. Suami tampannya sangat tahu bagaimana ia bisa merona hanya dari tindakan kecil yang pria dari anak-anaknya itu lakukan. Dan saat ia bahkan tak bisa menolak godaan yang menawan, yang Boboiboy temukan ia kembali terjatuh dalam ruang yang dipenuhi oleh kebahagiaan. Ia sangat mencintai Fang.

Merasa hening pada keributan anak kembarnya yang tidak terdengar, Boboiboy menoleh, terkesiap dalam rona merah menemukan ketujuh anaknya tengah menatap mereka berdua tertarik. Gempa, Ice dan solar melirik malu-malu.

Taufan menatap lebar diiringi senyum, bersama Blaze yang menutup matanya menggunakan jemari yang masih memperlihatkan warna mata oranyenya. Halilintar fokus pada sandwich berselai kacangnya meski rona itu tetap terlihat, di dampingi Thorn yang mengerjap polos sambil mengunyah.

“Kenapa berhenti?” Thorn memiringkan kepalanya, pipi bulat kecil menggembung dengan emerald yang mengedip bingung memandang orang tuanya.

Fang tertawa, mengabaikan raut wajah Boboiboy yang memincing, merona menyalahkannya. Ia duduk seolah tak terjadi apa-apa, mengambil kopinya dengan tenang.
“Kita akan mengunjungi Tok Aba hari ini, jadi makan yang banyak dan bersiap, jangan lupa bawa apa yang ingin kalian tunjukkan pada Atok nanti.”

Fang mengalihkan perhatian, berterima kasih atas tindakannya yang membuat semua anak mereka teralihkan. Berceloteh tentang mainan yang ingin mereka bawa.

Manik netra keunguan menatap hangat Boboiboy yang duduk menanggapi ocehan semua anak kembar mereka dengan senyuman manis. Menilai pasangan hidupnya yang dengan lembut berucap semangat, sesekali bibir tipis cerah tertawa, telaten untuk memberikan contoh bagaimana membersihkan mulut menggunakan serbet.

Fang merasa hatinya menghangat, meleleh keluar oleh luapan rasa kasih yang teramat. Ada begitu banyak hal yang selalu ia dapat dalam waktu yang membuatnya menatap sayang. Tentang bagaimana Boboiboy memandangnya penuh cinta di sebalik manik almond yang mempesona, tentang bagaimana pria manis itu memperlakukannya begitu hangat dan puja, tentang bagaimana pasangannya merawat semua anak mereka dengan penuh sabar dan senyuman tanpa mengeluh, tentang bagaimana Istrinya memberikan begitu banyak kebahagiaan bersama semua putra mereka yang polos dan manis. Semuanya… Terasa lebih dari hangat bahkan jika ingin di pikirkan atas apa yang sudah mereka jalani sampai kini. Ia sangat mencintai Boboiboy.

Menyadari tatapan Fang, Boboiboy menoleh, masih dengan kunyahan, memiringkan kepala sembari menaikan alisnya bertanya. Fang tersenyum, kini tahu dari mana Thorn mendapatkan pose imut itu sebelumnya. Yang Fang tahu.. ia kembali jatuh cinta lagi dan lagi.

..

tbc..

..

Fic ini sudah lebih dulu up di Warrpad, Fanfiction dan AO3 dengan judul yang sama.

Silahkan kunjungi salah satu platform di bawah jika ingin memilikinya..

wattpad : https://www.wattpad.com/user/Ichadray

AO3 : https://archiveofourown.org/users/Ichadray

Fanfiction : https://m.fanfiction.net/u/12423709/Ichadray?a=b

--

--

Ichadray
Ichadray

Written by Ichadray

0 Followers

AUTHOR fanfic on Wattpad, Fanfiction and AO3

No responses yet